Dalam matematika, kita memiliki kecenderungan untuk mempercayai suatu hal pada apa yang “masuk akal” saja bagi kita. Kemudian bukti-bukti rasional dicocokkan dengan kejadian-kejadian empiris. Hal semacam ini juga banyak disuarakan orang-orang ateis yang menolak adanya alam gaib. Lantas bagaimana kita dapat meyakini adanya alam gaib?
Berikut ini saya tanyakan kepada Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al-Jawiy Hafidzahullah. Dijawab pada Jum’at 10 Syawal 1445 / 19-4-2024. https://t.me/fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy/7769.
Audio
Transkrip Jawaban
Ada pertanyaan yang bagus, penting, bagaimana cara kita meyakinkan orang bawasanya Jin dan hal-hal yang gaib itu ada? Karena ada orang orang yang polanya mungkin apa skeptis, tidak menerima kecuali yang masuk akal atau apa istilahnya ya, yang hanya bisa ditangkap oleh panca indra misalkan.
Kadang-kadang itu kan terutama orang mu’tazila atau orang-orang sekuler atau orang-orang yang hasil jadi pendidikan barat, barang kali. Mereka mengatakan disyaratkan perkara itu ada kalau masuk akal.
Pertanyaan pertama, kalau syaratnya masuk akal, akal engkau dimana sekarang? Kalau dia mengatakan, akal saya di otak, sebelah mana? Otak sebelah mana akalmu itu? Engkau sudah pernah melihatkah akal? Kalau otak mungkin dilihat pakai alat-alat itu atau jantung dilihat dengan alat.
Kita tidak pernah melihat akal. Ini perkara maknawi tapi semua sepakat orang di dunia, akal itu ada. Padahal ini akal adalah perkara gaib, itu pun sudah jadi satu hujjah. Jadi apa? Ada banyak perkara yang walaupun kita tidak mampu melihatnya tapi kita secara fitrah meyakini, seperti apa nyawa.
Kalau orang kafir pun yakin kan nyawa itu ada, ruh, tidak tahu bahasa Inggrisnya apa. Tapi secara umum apa? Spirit mungkin katanya, spiritus atau apa, sprite spirit. Ya intinya apa jiwa? Padahal kalau ditanya jiwa itu yang mana, di otak, di jantung atau mana?
Sudah pernah lihatkah? Satu pun dari kita tidak pernah melihat jiwa tapi kita dan bahkan orang kafir yakin jiwa itu ada. Ini pun contoh bahwasanya perkara gaib itu dapat diyakini ada dan dibuktikan keberadaannya dalam keadaan tidak pernah kita lihat.
Thoyyib, ditanyakan kepada Syaikhul Islam Rahimahullahu Ta’ala bagaimana kita meyakini jin itu masuk ke badan manusia? Kata beliau, saya lihat langsung ada orang yang dia tidak pernah keluar negeri, dia hanya tahu bahasa Arab, tapi tatkala kemasukan jinn, dia mampu berbahasa India. Dari mana itu? Menunjukkan apa itu, memang ada jin, jin itu ada, jin mungkin apa dari new delhi kah, dari nehi-nehi atau mana, atau tahu-tahu bisa bicara cina, padahal kapan dia belajar bahasa cina, itu menunjukkan bahasanya bukti -bukti itu ada, dan juga berita yang mutawatir, banyak sekali berita dari berbagai negara, dari berbagai suku bangsa, bahkan dari berbagai agama, yang menunjukkan, dia pernah melihat bagaimana ada benda naik sendiri, takkan tahu-tahu ada gravitasi yang hilang disitu, atau tahu-tahu apa benda itu berputar, atau tahu -tahu benda itu, mungkin apa berasnya, bukan beras apa, nasinya naik kemudian hilang, naik hilang, naik-hilang, menurut saya kan apa jinnya makan, ini berita yang mutawatir, Padahal orang -orang muktazilah bahkan orang kafir menetapkan kalau beritanya datang dari orang yang sangat banyak ini tidak boleh diingkari.
Selengkapnya pada audio.